Kampus adalah kandangnya intelektual. Di sana para mahasiswa diberi banyak pembekalan keilmuan. Mulai dari kuliah formal di kelas hingga tugas menumpuk yang memenuhi agenda harian. Akan tetapi, entah mengapa yah, lembaga keilmuan tuh justru sepi peminat jika dibanding dengan klub olahraga atau perkumpulan musik. Ada kisah menarik. Waktu itu teman saya mengikuti sebuah seminar sekaligus launching dari sebuah jurnal yang diselenggarakan oleh lembaga keilmuan tingkat universitas. Seminar tersebut mengambil tempat di salah satu auditorium terbesar di sebuah fakultas. Dan kalian tahu apa yang terjadi? Hanya bagian terdepan dari barisan tempat duduk yang terisi. Miris.
Itu pun yang kami rasakan sebagai pengurus ARC (Al Hikmah Research Center) FISIP UI, sebuah lembaga keilmuan tingkat fakultas yang kini tidak pantas lagi disebut lembaga. Mengapa? Karena ARC FISIP UI telah merger dengan FSI (Forum Studi Islam) FISIP UI dan kini menjadi salah satu departemen, meski bergelar departemen semi otonom, dari FSI FISIP UI. Kesamaan visi antara ARC FISIP UI dan FSI FISIP UI, yakni menggunakan ajaran Islam sebagai platform kerja, membuat pilihan itu diambil. Mungkin kalian bertanya-bertanya, bukannya akan lebih baik jika benar-benar otonom? Yaa, memang benar. Akan tetapi, keberjalanan ARC sebagai sebuah lembaga (mungkin dulu lebih pas disebut komunitas) keilmuan yang agak mengecewakan. Tidak hanya sepi peminat, tetapi pengurusnya pun tidak solid sehingga acara yang diselenggarakan menjadi tidak rutin.
Itulah mengapa di tahun 2011 ini, ARC FISIP UI sebagai departemen semi otonom dari FSI FISIP UI, fokus pada pembenahan internal dan rutinisasi acara. Kami juga berharap di tahun ini ARC FISIP UI dapat merintis langkah menjadi sebuah lembaga keilmuan yang benar-benar otonom. Oleh karena itu, di saat kami masih dalam tahap merintis langkah ini, kami akan belajar dari lembaga-lembaga keilmuan lain yang sudah eksis terlebih dahulu. Pelajaran pertama adalah lembaga keilmuan, setidaknya yang kami amati, terasing di kandang sendiri. Terasing di kandang intelektual.
Ada dua faktor yang menurut kami perlu dievaluasi dari kerja lembaga keilmuan: Ketidakmampuan dalam mengomunikasikan ide dan bekerja sama. Faktor pertama merupakan hasil dari ketimpangan ketertarikan antara pengurus dan peserta acara serta. Seringkali dalam menyelenggarakan acara seperti diskusi, pengurus lembaga keilmuan memilih tema yang mereka butuhkan, bukan tema yang peserta butuhkan. Di sini saya berpikir pentingya biro litbang sebagai upaya menangkap kebutuhan peserta. Selain itu, kemampuan ke-humas-an dari lembaga keilmuan juga memerankan peran penting. Coba saja lihat, se-aktif apa lembaga keilmuan dalam mengelola media seperti Facebook atau Blog? Tidak terlalu. Itu yang membuat mengapa mereka kurang dikenal dan berdaya tarik.
Sedangkan faktor kedua merupakan salah satu ciri khas dari orang ‘pintar’ yang nampaknya juga terakumulasi di lembaga tempat mereka bernaung, lembaga keilmuan. Orang ‘pintar’ itu biasanya asik sendiri dan merasa bisa menyelesaikan masalahnya seorang diri. Padahal di zaman yang serba terspesialisasi seperti sekarang ini, kuncinya adalah bermitra. Minimal dengan sesama lembaga keilmuan-lah. Kita bisa saling bertukar pengalaman hingga bekerja sama membuat acara. Lebih bagus lagi, jika lembaga keilmuan bisa bekerja sama dengan klub olahraga, perkumpulan musik, dan komunitas atau lembaga lain.
Dan blog ini adalah salah satu usaha kami untuk menjalankan dua hal tersebut. Kami berharap makin banyak yang mengenal ARC FISIP UI dan tertarik padanya. Kami pun berharap bisa berteman dengan komunitas atau lembaga keilmuan lainnya. Siapa tahu, kita bisa bekerja sama?
Ayo buktikan teman-teman! Kalau lembaga keilmuan juga bisa eksis dan menjadi tuan rumah di kandangnya sendiri.
Pejuang Hikmah
Al Hikmah Research Center FISIP UI
0 komentar:
Posting Komentar